Books & Literature,  English,  Lifestyle,  Wellness

Cara Menjaga Kesehatan Mental ala buku “How to Stay Sane”

Semua orang pasti peduli akan kesehatan fisik. Ya, kondisi fisik memang lebih mudah terlihat dan karenanya sedikit saja mengalami masalah, besar kemungkinan akan segera diperhatikan, dan bila memungkinkan, ditangani. Bagaimana dengan menjaga kesehatan mental? Di sinilah buku “How to Stay Sane” dari Philippa Perry akan membantu kita.

Pentingnya merawat kesehatan mental

Kesehatan mental seringkali jadi prioritas kesekian pada daftar “apa yang harus kita rawat” dalam hidup ini, terutama untuk mereka yang lahir antara tahun 1981-1996 (millennial). Selain karena tidak kasat mata, di Indonesia, sedari kecil orang tua dan kurikulum sekolah tidak ada yang mengajarkan kita tentang hal ini. Beruntung, satu dekade ke belakang, pembicaraan mengenai kesehatan mental, termasuk dampak dan alasan pentingnya menjaganya, semakin banyak di ruang publik atau paling tidak di social media.

how to stay sane - philippa perry on kindle
How to Stay Sane – Philippa Perry on Kindle

Meskipun banyak yang kemudian jadi self-diagnosed atau menyalahgunakannya, tidak bisa dipungkiri kalau kesehatan mental terus jadi isu yang penting untuk diperjuangkan. Dalam kondisi pelayanan kesehatan mental (baik penyuluhan, konsultasi, support group) terbatas secara formal (alias tidak begitu dijadikan prioritas oleh pemerintah), kita bisa mendapatkan pengetahuan itu melalui jalan (ninja) sendiri, dari media sosial, layanan psikolog mandiri, jurnal, dan tentu saja buku; salah satunya adalah “How to Stay Sane” dari Philippa Perry.

Tentang buku “How To Stay Sane”

Buku “How to Stay Sane” ditulis oleh Philippa Perry, penulis “The Book You Wish Your Parents Had Read” (siapa udah baca??), pada tahun 2012. Buku ini merupakan bagian dari The School of Life series yang banyak membicarakan kesehatan emosi dan, yah, ilmu “kehidupan” yang gak kita temukan di sekolah formal, tapi penting buat kita pahami untuk menghadapi kenyataan.

Buku ini memuat petunjuk untuk merawat kesehatan pikiran / mental / psikologis. Philippa Perry menulis buku ini berdasar pengalamannya bertahun-tahun sebagai psikoterapis. Ia (dan kliennya) merasakan pengaruh positif dengan menerapkan pendekatan dalam psikologi yang bisa diterapkan untuk membantu diri sendiri.

Siap-siap menyelami "How to Stay Sane"
Siap-siap menyelami “How to Stay Sane” Image by freepik

Membaca buku ini, kita akan menemukan cara yang sehat untuk menjaga kesehatan mental, mengetahui bagaimana merawat hubungan dengan diri sendiri dan orang lain / lingkungan dengan berkesadaran, perspektif mengenai stres yang positif, dan kekuatan cerita untuk menjaga (atau memiliki) kondisi mental yang sehat. Buku ini membantu kita untuk memahami diri lebih baik. Premisnya, bila kita mengerti bagaimana pikiran kita dibentuk dan berkembang, maka kita bisa lebih berkesadaran. Hidup berkesadaran membantu kita belajar untuk memahami dan mengendalikan perasaan, dan tidak didikte oleh emosi.

6 Poin Penting dari Buku “How to Stay Sane”

Dengan tebal 170 halaman (versi Kindle), How to Stay Sane membicarakan beberapa poin penting, di antaranya:

  1. Otak kanan yang emosional mendominasi otak kiri yang logis ketika kita membuat keputusan dalam hidup.
  2. Meditasi atau berdoa bisa digunakan sebagai metode melatih fokus dan perhatian, untuk membantu bisa menenangkan pikiran.
  3. Untuk bisa tetap waras, kita harus memelihara hubungan saling percaya; tapi pertama-tama, kita harus memahami diri kita sendiri dulu.
  4. Terlalu banyak stres itu buruk dan membuat otak kita tertutup atau “shut down”; sedangkan sedikit stes bisa membantu otak kita sehat!
  5. Cerita atau narasi sehari-hari, yang baik maupun yang buruk, membentuk cara kita berpikir. Jangan terjebak dengan narasi pesimis yang mengarah ke pola berpikir negatif.
  6. Buat hal baik terjadi dengan menerapkan sikap dan pandangan positif tentang dunia, juga dengan sikap “keep your head up” (tetap tenang dalam bahaya/ keadaan sulit/ jengkel).

“Part of staying sane is knowing what our story is and rewriting it when we need to”

Philippa Perry

Summary

Pesan utama buku ini adalah bahwa kita akan mengambil manfaat dari mengobservasi dan memahami inner life atau diri kita sendiri dengan baik. Melalui observasi diri, berpikir optimis, keluar dari zona nyaman dan merawat hubungan, kita tidak hanya akan mengerti diri kita dengan baik tetapi juga akan jadi lebih sehat dan lebih bahagia.

Baca juga  5 Kegiatan di Rumah untuk Isi Waktu Luang Saat Liburan
menjaga kesehatan mental lewat self-observation
menjaga kesehatan mental lewat self-observation – image by freepik

Actionable Steps

Berikut adalah actionable Steps yang diterjemah-bebaskan dari artikel durmonski.com (klik tautan untuk melihat posting asli)

Lesson 1: The Power of Self-Observation

Setiap merasa ragu, tanyakan ke diri sendiri:

  • Apa yang aku rasakan sekarang?
  • Apa yang aku pikirkan sekarang?
  • Apa yang aku lakukan saat ini?
  • Bagaimana aku bernapas?

Setelah dapat jawaban dari empat pertanyaan tadi, tanyakan ke diri kita:

  • “Apa yang aku inginkan untuk diriku sendiri saat ini juga?”

Lesson 2: Our Feelings Are Never Wrong

Luangkan waktu untuk menyadari perasaan kita. Lihat dengan mindset bahwa tidak ada perasaan yang lebih buruk dari yang lain. Setelah itu, pelajari apa yang membuat kita merasakan emosi tertentu: apa yang membuat kita bersemangat / termotivasi, dan apa yang membuat kita merasa terganggu atau tertekan. Dengan memahami ini, kita bisa mengarahkan diri kita untuk membuat keputusan yang lebih baik.

Lesson 3: People Need People

“…in order to meaningfully connect to another person, one has to be open. This means being not who we think we should be, but allowing ourselves to be who we really are.”

Philippa Perry

Dari sini, kita belajar bahwa setelah mengenal diri kita, penting untuk menjadi diri sendiri dan tidak takut untuk jadi vulnerable. Perasaan bisa diterima di lingkungan kita akan meningkatkan kesehatan mental.

Menjaga kesehatan mental dengan memelihara hubungan baik - Image by jcomp on Freepik
Menjaga kesehatan mental dengan memelihara hubungan baik – Image by jcomp on Freepik

Di buku ini, Philippa Perry mengenalkan Daily Temperature Reading.

Menghadap ke arah orang lain, kemudian lakukan ini:

  • Beri apresiasi ke satu sama lain
  • Kasih informasi up to date tentang hidup masing-masing (“Eh, aku lagi ikut challenge nulis blog sekali sehari, tapi aku sering telat ngumpulinnya karena ketiduran!”)
  • Tanyakan apa saja tentang partnermu, bisa dimulai dari tanya kabar.
  • Komplain dengan meminta rekomendasi untuk hal yang bisa dilakukan lebih baik. Protes bukan berarti kita memusuhi rekan kita, dan ini bisa dilakukan dengan menambahkan hal apa yang kita harap bisa berubah darinya (begitu juga sebaliknya).
  • Bagikan harapan, keinginan, dan impian.

Lesson 4: Fight Stress with Good Stress

Untuk menjaga kesehatan mental di dunia yang sibuk ini, kita perlu aktif secara fisik dan pikiran. Kita perlu terus belajar dan memperluas pengetahuan.

Belajar adalah salah satu Good Stress yang membantu menjaga kesehatan mental dalam How to Stay Sane
Belajar adalah salah satu Good Stress yang membantu menjaga kesehatan mental dalam How to Stay Sane – Image by freepik

“Good stress” dalam bentuk olahraga dan belajar di luar apa yang sudah kita ketahui akan membuat otak kita fleksibel, sehingga kita dapat lebih mudah menghadapi (dan beradaptasi dengan) tantangan dalam hidup. Melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya akan membantu kita bertahan ketika stres datang.

Baca juga  Happiness for Beginners – Katherine Center: Review Buku

Dalam buku ini, ada satu exercise yang bisa kita praktekkan.

  1. Gambar lingkaran di secarik kertas, kemudian tuliskan kegiatan atau hal yang kamu merasa nyaman melakukannya.
  2. Di tepi lingkaran, tuliskan hal-hal yang kamu bisa lakukan, tetapi harus dengan dorongan kuat. Misalnya untuk introvert seperti aku: ikut kumpul-kumpul komunitas, karena nervous ketemu orang baru.
  3. Gambarkan lingkaran yang lebih besar, mengelilingi lingkaran dan aktivitas yang kamu tuliskan tadi.
  4. Di ruang antara lingkaran kecil dan besar, tuliskan hal-hal yang menurutmu sulit untuk dilakukan tapi ingin kamu coba. Misalnya: mengobrol dengan orang baru atau dengan penulis favorit.
  5. Kemudian, gambar lingkaran ketiga di luar kedua lingkaran tadi. Tuliskan hal yang kamu takut untuk lakukan. Misalnya: jadi penggerak komunitas dan menginisiasi sebuah event.

Untuk melihat bagaimana sebaiknya meningkatkan kapabilitas kamu, mulai bergerak dari lingkaran terkecil ke arah lingkaran terluar. Mungkin kamu akan merasa takut pada awalnya, tetapi ketika kamu lakukan, kamu akan menemukan bahwa jalan terbaik adalah… jalan terus 😆

Lesson 5: Uncover The Stories You Tell Youself

Ada cerita atau narasi yang akan membuat kita termotivasi, optimis, antusias menyambut masa depan, dan ada juga yang membuat kita pesimis dan negatif. Narasi yang kita bangun dalam pikiran kita akan menjadi pola dalam jangka waktu lama.

Mempraktekkan self-observation dan melepaskan diri dari pikiran kita bisa membantu menghindari awan hitam yang membuat kita tidak berani maju.

Narasi dalam hidup kita barangkali terbangun bukan karena disengaja, tetapi dari pengalaman masa lalu, apa yang diajarkan orang tua kita, melihat bagaimana orang terdekat kita berlaku, dan pengaruh lingkungan. Untuk mengetahui bibit cerita, biasanya kita perlu mengunjungi lagi masa lalu atau masa kanak-kanak kita.

Menuliskan narasi hidupmu untuk menjaga kesehatan mental
Menuliskan narasi hidupmu untuk menjaga kesehatan mental – image by freepik

Dalam buku ini, ada beberapa hal dan mindset yang bisa kita lakukan untuk mengubah narasi, atau minimal perspektif kita, terhadap diri kita menjadi apa yang kita inginkan (tentunya lebih baik dong yah).

  • “Kamu bukanlah perasaanmu”
  • Journaling
  • 30-minutes exercise
    – Duduk tanpa distraksi selama 30 menit, siapkan pulpen/pena dan buku catatan.
    – Perhatikan napas.
    – Ketika ada perasaan atau emosi yang muncul, tuliskan dalam satu atau dua kata, kemudian lepaskan.
    – Setelah 30 menit, lihat catatan tadi. Kita akan lebih menyadari pola pemikiran, sehingga lebih berdaya untuk mengubah polanya jika terlalu negatif.
  • Figure out your “being zone” → apakah kamu seorang thinker, feel-er, atau do-er. Tanyakan 3 pertanyaan ini:
  • Aku merasa…
  • Aku memikirkan…
  • Yang aku lakukan selanjutnya adalah…
  • Sadari dorongan hati → apa yang mendorongmu melakukan suatu hal? Apakah kamu terbawa emosi negatif? Kita bisa memilih untuk: tidak tahu dan tidak peduli, tahu tapi tidak peduli (tetap berbuat sesuai dorongan emosi), atau sadar akan apa yang membuat kita terdorong dan memilih tidak membiarkan emosi mengontrol kita.

“You cannot change anything unless you know what it is you are changing.”

Philippa Perry

Kesimpulan

Membaca buku ini, kita akan mengetahui bagaimana merawat hubungan dengan diri sendiri dan orang lain / lingkungan dengan berkesadaran, perspektif mengenai stres yang positif, dan kekuatan cerita untuk menjaga (atau memiliki) kondisi mental yang sehat. Buku ini membantu kita untuk memahami diri lebih baik. Premisnya, bila kita mengerti bagaimana pikiran kita dibentuk dan berkembang, maka kita bisa lebih berkesadaran. Hidup berkesadaran membantu kita belajar untuk memahami dan mengendalikan perasaan, dan tidak didikte oleh emosi.

Gimana, tertarik untuk baca “How to Stay Sane”? Kamu bisa beli e-book-nya di Amazon atau ke toko buku terdekat, ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *