Menstruasi Minim Sampah: Get Your Period Affordably Sustainable
Hari ini aku akan memulai Sustainable Period Series. Ciye. Isinya tentang beberapa produk untuk menstruasi yang aku sarankan untuk dipakai (dan pernah kupakai). Aku berharap ini bisa berguna untuk teman-teman yang biasa memakai pembalut konvensional/ disposable pads, dan ingin beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan yang harganya terjangkau.
Alasan Utama
Kenapa perlu beralih ke produk menstruasi yang less waste, yang sustainable, yang lebih ramah lingkungan?
Gambar ini menguatkan motivasi awalku untuk beralih dari pembalut konvensional ke produk menstruasi yang lebih ramah lingkungan. Disposable pads bahannya sebelas-duabelas dengan disposable diapers (popok). Baru bisa terurai (bukan compostable) setelah sekian ratus tahun. Gambar di atas dari NOAA, sumber lain mengatakan perlu waktu 550 tahun. Alamak.
Dihitung-hitung pula, kebutuhan menstruasi kita di Indonesia ini lumayan costly.
Satu kali siklus kita (aku) membutuhkan:
– 2 bungkus pembalut reguler isi 10 yang murah x @8.000 = 16.000
– 1 bungkus pembalut night yang murah x @16.000 = 16.000
– Tiap siklus butuh 32.000, total setahun 12 bulan x 32.000 = IDR 384.000
Itu setara biaya kosku pertama kali di Jogja. Makin rajinlah aku mencari produk pengganti pembalut konvensional, yang less waste, sehat dan hemat untuk jangka panjang. Ada beberapa pilihan yang aku temui ketika mencari-cari alternatif di internet: menstrual pad, menstrual cup, period panties, dan yang terbaru katanya ada reusable tampon.
Aku memutuskan mencoba menstrual pad setelah diberi “produk uji coba” oleh keponakanku bulan Agustus 2018, kemudian menggunakan menstrual cup dari bulan Januari 2019 sampai sekarang.
(Reusable) Menstrual Pad
Motivasi awalku (sebelum dikuatkan si gambar tadi) mencari pengganti pembalut konvensional adalah karena alasan kesehatan. Ingat kan, sekitar tahun 2015, pernah ada berita tentang bahaya bahan kimia dalam pembalut konvensional?
Beberapa teman menyarankan aku untuk mencoba menstrual pad, atau pembalut kain pakai-ulang.
Pilihan ini paling mudah bagi yang ingin beralih ke produk yang lebih minim sampah, karena tinggal dicuci-jemur-pakai lagi. Kebetulan, aku terbiasa mencuci pembalut konvensional setelah pakai sebelum membuangnya, jadi soal mencuci tidak begitu masalah.
Tapi kalau dipakai lagi, apa enggak iyuh?
Rupanya tidak. Sama seperti kalau ada celana atau sprei yang kotor karena darah menstruasi, lalu kita cuci dan kita pakai lagi, bersih kok. Lalu, tembus enggak itu? Tenang, menstrual pad dirancang buat menampung darah menstruasi kita. Yha tapi ngga bisa menahan ompol ya, itu tugasnya popok.
Menstrual pad yang kupakai pertama kali bentuknya panjang, tebal dan dalam beberapa pemakaian kurang nyaman. Namun, dari pemakaian pertama itu, aku dapat bukti kalau menspad (kain) mampu menampung darah menstruasi. Sayangnya, si menspad tebal ini kemudian sempat mengalami kebocoran kayak rahasia di bagian jahitannya.
Kebetulan sekali, aku bertemu tanteku yang membawa contoh menspad bikinan ibu-ibu Flores, yang menurutnya perlu disempurnakan jahitan dan desainnya, tapi menurutku oke karena tipis. Berkaca pada cermin, eh, pada pengalaman itu, aku mencari-cari menspad yang lebih baik. Syaratnya lima: (1) Tersedia di Indonesia, (2) Bentuknya meyakinkan, (3) Tokonya terpercaya, (4) Harganya masuk di kantong dan (5) Banyak review bagus.
Aku merekomendasikan menspad merk Baby Oz. Tipis, bisa dilipat dan reviewnya baik-baik. Mereka juga menuliskan tips perawatan dan pemakaian ketika bepergian di websitenya. Selain membeli menspad reguler, aku juga membeli wetbag dan pantyliner kain. Lokasi gudang (atau apanya ya) mereka ada di Jogja, jadi ongkos kirim ke Magelang juga lumayan terjangkau, dibanding membeli dari luar negeri. Sebaiknya membeli 6 menspad reguler dan 3 menspad night. Tapi kalau dirasa terlalu berlebihan juga bisa dikurangi heheh.
Aku paling suka motif Owl dan Aljabar
Harga 3 menspad reguler 100.000 x 2 paket = 200.000
Harga 3 menspad night 110.000 x 1 paket = 110.000
Total untuk setahun (12 siklus) = 310.000, tambah wetbag 29.000 dan ongkos kirimnya 7.000 buatku, total jadi IDR 336.000
Lumayan kan, daripada beli pembalut konvensional terus-menerus, menimbun sampah dan boros. Eh, sungguh ini bukan untuk promosi Baby Oz semata ya. Pas-pas aja yang aku pakai menspad dari Baby Oz dan tidak ada keluhan. Sekarangpun, ada beberapa e-commerce yang menjual menspad merk Baby Oz seperti Cleanomic dan Sustaination.
Cara memakainya sama dengan pembalut konvensional: dipakai di celana dalam. Ketika melebihi daya tampungnya, darah mens akan bocor, masih sama ya dengan pembalut konvensional. Kalau pembalut konvensional ada perekat (dari plastik!), di menspad ada klip yang tidak akan mengganggu kenyamanan kita samasekali. Nah, ini baru beda. Menspad lebih nyaman dipakai daripada pembalut konvensional yang kadang bunyi kresek-kresek itu. Bahannya dari kain, jadi rasanya mirip seperti pakai celana dalam biasa.
Sebaiknya, ganti pembalut setiap 4-6 jam. Di hari pertama atau kedua, biasanya aku lebih sering ganti. Nyucinya, ada yang menyarankan pakai lerak, dan aku melakukan waktu masih punya lerak. Begitu lerak habis, aku mencuci dengan sabun bayi atau sabun dengan formula mild. Jemur sampai kering. Lebih baik di bawah sinar matahari, karena sinar matahari adalah pembunuh kuman yang baik. Tapi, beberapa kali karena travelling aku terpaksa juga jemur di dalam ruangan atau mengeringkan dengan pengering rambut hotel. Heu heu heu. Kalau belum menemukan tempat untuk mencuci atau menjemur, simpan dulu menspad yang kotor dalam wetbag untuk dicuci/dijemur kemudian.
Pantyliner Kain
Oh ya, tadi aku sudah bilang kalau selain membeli menspad, aku juga membeli pantyliner kain. Aku sering memakai pantyliner untuk menjaga celana dalam tetap bersih dan asumsiku vagina juga akan lebih bersih. Ternyata ini semua salah, Rangga! Bahan kimia dalam pantyliner konvensional juga bisa memicu pertumbuhan bakteri di dalam vagina.
Bahannya lebih tipis dari menspad dan memang tidak didesain untuk menampung darah mens, cuma cairan vagina saja. Pantyliner ini kurang-lebih perlakuannya sama dengan menspad, hanya saja aku mengganti tertib setiap 4 jam sekali…setelah punya 8 pantyliner hahaha. Sebelum itu, jujur saja aku kurang tertib sih, kadang aku cuma ganti 10 jam sekali kemudian nggak pakai lagi. Saranku, sediakan 6 pantyliner, jadi kalau ada yang belum kering (walaupun keringnya cepet banget sih) bisa punya cadangan. Selain itu, di Baby Oz beli 3 dan kelipatannya bakal lebih hemat. Aku beli 6 harganya 60.000, kalau beli satu saja harganya 12.000. Mayan kan mayan kaaan.
Menstrual Cup
Sebelumnya, aku lihat-lihat dulu review menscup dan apa saja risiko memakai menstrual cup. Respon positif banyak muncul, terutama dari aspek keamanan, keamanan dan kesehatan; sekalipun ada yang kontra dan ada yang meng-kontra opini kontra. Ada banyak merk menscup yang terkenal seperti Lily Cup, Diva Cup, Moon Cup, dan OrganiCup. Menurut beberapa review di internet yang aku temukan, OrganiCup adalah starter terbaik untuk pemula (ada review bagus banget dari seorang remaja di sini).
OrganiCup adalah merk menscup buatan Denmark. Instruksinya pun ditulis di bungkus untuk mengurangi sampah.
Sudah tahu kan, kalau kondisi keuangan juga penting untuk menentukan akan membeli produk apa. Nah, menstrual cup adalah yang paling mahal. Kita bisa membeli OrganiCup dengan harga sekitar IDR 400.000 di web Sustaination dan Ekko Store. Aku menggunakan menscup setelah 3-4 kali siklus memakai menspad.
Menscup umumnya terbuat dari silikon seperti dot bayi tapi lebih tinggi grade nya. Harus sih, soalnya bakal dimasukin di dalam sana selama 8-10 jam euy! Masa pakainya bisa sampai 10 tahun, dengan syarat tidak rusak atau sobek. Semoga aku masih hidup seribu sepuluh tahun lagi. Coba kita bandingkan lagi dengan membeli pembalut konvensional.
Satu kali siklus kita (aku) membutuhkan:
Total setahun (12 siklus) x 32.000 = IDR 384.000
Total 10 tahun x total setahun 384.000 = IDR 3.840.000
(Ya Allah. Terkedjoet aku. Harganya lebih mahal daripada harga hape+kacamataku. True.)
Tantangan yang dihadapi saat memakai menscup pertama kali adalah memasukkan dan mengeluarkannya. Setelah beberapa kali coba, akhirnya aku menemukan lipatan serta posisi yang nyaman. Setiap melepas dicuci dengan air dan sabun bayi, atau kalau lagi darurat dilap aja pakai tisu. Di postingan lain, aku akan membahas lebih dalam mengenai menscup yang kupakai.
Pemakaian menscup bisa hingga 10 jam. Di hari-hari “deras”, sebaiknya mengecek lebih sering karena darah yang tertampung bisa melebihi kapasitas cup. Untuk pemakaian pertama, aku masih memakai menspad untuk berjaga-jaga bila bocor (dan alhamdulillah tidak bocor).
Kesimpulan
Nah, itulah beberapa produk menstruasi yang sempat aku gunakan. Bila belum berani pakai menscup, atau tidak cocok memakai menscup, kita bisa pakai menspad. Hemat banget kalau untuk jangka panjang. Dengar-dengar di beberapa negara di luar negeri juga harga pembalut konvensional lebih mahal daripada di Indonesia, sehingga kebanyakan memakai tampon. Pun itu kalau yang oke dengan tampon ya.
Mempertimbangkan kembali pilihan produk kewanitaan merupakan momen untuk mengenal tubuh kita sendiri. Pembahasan mengenai alat reproduksi, dari kecil, sudah diajarkan untuk dianggap tabu bahkan vulgar, sehingga (sedihnya) pembicaraan mengenai vagina-hymen-serviks dan topik yang “ginekologis” (bener ngga sih?) ini sangat jarang, bahkan dalam percakapan sesama perempuan. Padahal, ini sangat ilmiah, dan sangat penting.
Pertimbangan dan Risiko
Pemakaian produk-produk kebersihan untuk menstruasi memang banyak risikonya. Tampon punya banyak risiko kesehatan dan tentunya makin nyampah. Menspad kain apabila dipakai dalam keadaan kotorpun bisa menimbulkan efek buruk bagi vagina. Dan, sekalipun dinilai paling aman dan eco-friendly, tetap ada risiko terkena iritasi atau Toxic Shock Syndrome bila memakai menstrual cup dalam keadaan tidak higienis. Jadi, selalu jaga kebersihan diri kita terutama menyangkut miss v.
Semoga bermanfaat ya. Aku berencana menulis beberapa tips mengenai menspad dan menscup dalam Sustainable Period Series. Kalau kamu punya saran, kritik, pertanyaan atau masukan apapun, jangan ragu buat kirim ke ceritachaty@gmail.com ya!